Minggu, 17 Januari 2010

Jangan Bersedih, Tersenyumlah Pada Kehidupanmu!

Hangar-bingar pesta demokrasi menyisakan berbagai cerita dan peristiwa pilu. Hitunglah, berapa banyak caleg yang diberitakan stress, masuk RSJ, bahkan bunuh diri akibat gagal meraih kursi. Ratusan juta rupiah yang digelontorkan pun sia-sia tiada sisa.

Di sisi lain, di awal tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global yang melanda seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia Development Monitoring (IDM) menilai perekonomian Indonesia dalam dua bulan terakhir terus menunjukkan pelemahan, awal tahun 2009 jumlah buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 3,2 juta. (vivanews.com).



Demikian halnya dengan Ujian Nasional bagi para pelajar pun akan menyisakan kesedihan bagi mereka yang gagal. Tak hanya pelajar, orang tua pun pasti ikut menanggungnya.

Ya, semua menyisakan kesedihan. Namun, akankah kita berlarut-larut dalam kesedihan, kemudian berputus asa?

Jangan bersedih, itu bukanlah akhir

Berapa kali Anda tertimpa musibah dan bencana? Berapa kali Anda tertimpa kesusahan dan ujian sehingga Anda menduga bahwa semua itu akan membunuh dan mengakiri hidup Anda?

Berapa kali hartamu hilang dan dunia menjadi sempit, sehingga Anda menduga tidak akan pernah berdiri lagi selamanya?

Berapa kali penyakit bersarang di badan, sehingga Anda menduga bahwa ini adalah sakit yang akan membawamu menuju kematian?

Jangan bersedih, itu bukanlah akhir dari segalanya!Simaklah

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. (At-Taghabun [64]: 11)

Salah satu kaki Urwah bin Zubair terpotong dan anaknya meninggal pada hari yang sama. Maka, dia berkata, "Ya Allah, bagi-Mu segala pujian. Jika Engkau mengambilnya, Engkaulah yang telah memberikannya. Jika Engkau memberi ujian, maka Engkaulah yang menyehatkan. Engkau memberikanku empat anggota badan, kemudian Engkau mengambil salah satunya. Engkau memberiku empat orang anak, kemudian Engkau mengambil salah satunya."


Diriwayatkan dari Imam Asy-Syafi’i,

Biarkanlah hari-hari berbuat apa yang diinginkannya

Tetaplah berjiwa tenang jikalau qadha' telah ditetapkan

Jika qadha' turun ke bumi untuk suatu kaum

Maka tidak akan ada bumi dan langit yang akan menjaganya

Apa yang Anda peroleh dari kesedihan?

Wahai orang yang memenuhi lembaran kehidupannya dengan kesedihan! Demi Allah, katakan kepadaku, "Apa yang Anda dapatkan dari kesedihan? Bisakah Anda mendapatkan kembali senyuman yang hilang? Bisakah Anda mendapatkan kembali hartamu yang dirampas? Bisakah Anda menghidupkan kembali mayatmu? Bisakah Anda menjauhkan orang-orang yang iri dan dengki dari dirimu? Bisakah Anda mengembalikan kesehatan dan kebugaranmu? Jadi, mengapa harus sedih?"

Jangan bersedih karena kesedihan seperti badai topan yang merusak cuaca, menumpahkan air, mengubah langit dan mematahkan bunga mekar di kebun yang menawan.

Jangan bersedih! Sesungguhnya umurmu yang sebenarnya adalah kebahagiaan dan ketenteraman pikiranmu. Jangan gunakan hari-harimu untuk kesedihan! Jangan membuang-buang malam-malammu untuk keresahan dan membagi waktu-waktumu untuk kegelisahan!

Jangan bersedih! Sesungguhnya resep-resep para dokter, obat-obatan apotek dan ungkapan orang-orang bijaksana tidak dapat membuatmu bahagia. Anda sendirilah yang mampu menenangkan hatimu dari kesedihan, menyejukkan pandanganmu, dan melapangkan jalanmu.

Jangan bersedih karena kesedihan membuatmu lemah dalam ibadah dan malas berjihad, memberimu kegagalan, mengajakmu untuk berburuk sangka dan menjerumuskanmu ke dalam sikap pesimis.

Jangan bersedih! Jangan menyerah pada kesedihan dengan jalan menganggur dan malas-malasan! Shalatlah, bertasbihlah, bacalah, tulislah, beramallah, sambutlah, kunjungilah dan renungilah!

Jangan bersedih karena kesedihan akan membuat hati merasa tertekan, memuramkan wajah, memadamkan ruh dan mengaburkan harapan.

Jangan bersedih karena kesedihan berasal dari setan. Kesedihan adalah putus asa yang berbahaya, kefakiran yang nyata, kehilangan harapan yang abadi, kegagalan yang nyata dan kerugian yang jelas.

Musibah itu tidak akan abadi

Hari-hari itu mengalami perputaran dan mustahil terus berada dalam satu keadaan. Jangan bersedih walaupun musibah-musibah itu terus membesar karena ia tidak akan abadi. Jika hari ini Anda merasakan pedihnya musibah, maka esok hari Anda akan meluncur dari hulu kebahagiaan. Ketahuilah bahwa malam paling gelap adalah sebelum terbitnya fajar dan masa keputusasaan adalah saat terdekat untuk terbitnya fajar harapan. Sesungguhnya jika musibah-musibah itu telah mencapai puncak dan intinya, berarti masa kelonggaran dan hilangnya musibah telah dekat. Setelah itu, akan lahirlah fajar baru yang diliputi kebahagiaan, kegembiraan, cahaya dan kesejahteraan. Maka, janganlah bersedih karena musibah-musibah itu tidak akan abadi.

Mukmin memang ajaib

Nabi Saw bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin itu. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik. Hal itu tidak dimiliki seorang pun kecuali seorang mukmin. Jika dirinya ditimpa kebahagiaan, dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya. Jika dirinya ditimpa kesusahan, dia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Sesungguhnya ujian adalah sunnah yang tidak akan mengalami pergantian dan perubahan. Allah SWT berfirman,


Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman', sedangkan mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-'Ankabut [29]: 2-3)

Allah SWT berfirman, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali.' Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah [2]: 155-157)

Saudaraku! Sesungguhnya kehidupan tidak pernah lenyap dari berbagai kesusahan. Sesungguhnya harapan dan kedamaian, keridhaan dan cinta, serta ketenangan jiwa adalah buah-buah menggiurkan para penanam akidah dalam jiwa seorang mukmin dan gudang harta yang tidak akan habis penyuplaiannya dalam medan perang kehidupan. Kehidupan adalah medan pertempuran yang lama masanya, banyak bebannya serta dipenuhi oleh berbagai bahaya dan kesulitan.

Sesungguhnya tabiat kehidupan dunia dan tabiat manusia yang menghuninya menyebabkan mustahilnya seseorang bisa terbebas dari bencana-bencana yang menimpanya, atau kesulitan-kesulitan yang menghampiri pekarangannya. Betapa sering seseorang gagal dalam pekerjaan, sia-sia dalam harapan, badannya diserang penyakit, atau kehilangan harta dan kejadian-kejadian lainnya yang menyebabkan meluapkan sungai kehidupan.

Penelitian dan realita membuktikan bahwa orang yang paling berkeluh kesah dan paling gelisah menghadapi kesusahan-kesusahan hidup adalah orang-orang atheis, orang-orang skeptis dan orang-orang yang lemah iman. Allah menggambarkan manusia seperti itu dengan firman-Nya, "Dan jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus harapan." (Fushshilat [41]: 49)

Mereka seperti kapal yang kehilangan awak dan nakhodanya serta peralatan-peralatan lainnya yang membuatnya kokoh dalam menghadapi ombak dan badai. Kapal seperti ini akan berguncang hebat dan menjadi miring karena sedikit hembusan angin dan dorongan ombak di segala sisi sehingga akan cepat tenggelam ke dasar lautan.

Adapun seorang mukmin yang yakin dengan janji Allah, dia menghibur diri dengan pengetahuannya bahwa Allah akan mengganti semua musibahnya di surga.

Berbaik sangkalah kepada Allah

Salah satu nikmat terbesar adalah ketika seorang hamba berbaik sangka kepada Allah SWT.

Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW bahwa Allah SWT berfirman, "Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku terhadap diri-Ku. Jika dia bersangka baik terhadap diri-Ku, maka itulah untuknya. Jika dia bersangka buruk terhadap diri-Ku, maka itulah untuknya." (HR. Ahmad)

Diriwayatkan Muslim dari Jabir RA berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda tiga hari sebelum kematiannya, "Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka dengan Allah 'Azza wa Jalla."(HR. Muslim)

Jadilah Penduduk Akhirat

Wahai saudara tercinta! Jangan bersedih dengan hilangnya dunia. Seluruh dunia tidak sepadan di sisi Allah dengan sehelai sayap nyamuk. Akan tetapi, bersedihlah dengan hilangnya akhirat. Bersedihlah dengan hilangnya setiap kesempatan yang tidak Anda manfaatkan untuk menaati Allah SWT.

Harta tidak akan memberimu manfaat kecuali jika Anda gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Keluarga tidak akan memberimu manfaat kecuali jika Anda menuntun tangan mereka, sedangkan mereka juga menuntun tanganmu menuju ketaatan kepada Allah SWT dan menuju surga-Nya.

Rasulullah SAW bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Mayit itu diikuti oleh tiga perkara. Dua kembali dan satu tetap tinggal. Keluarganya dan hartanya akan kembali, dan amalannya akan tertinggal. (Muttafaq 'Alaih)

Para salafus shalih tidak takut kehilangan dunia, akan tetapi mereka takut kehilangan akhirat dan apa yang mendekatkan mereka kepadanya. Bahkan, salah seorang di antara mereka senang jika ada orang yang mengingatkannya bahwa dunia adalah Dâr Al-Ghurûr (tempat yang menipu), sedangkan akhirat adalah tempat kebahagiaan dan kegembiraan.

Inilah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah. Pada suatu hari, Ibnus Sammak berkata kepadanya, "Engkau akan meninggal sendirian, masuk kubur sendirian dan dibangkitkan sendirian. Takutlah dengan posisimu di hadapan Allah SWT, berdiri di antara surga dan neraka, ketika nyawa melewati kerongkongan, kaki tergelincir dan penyesalan menyerang, maka tidak ada taubat yang diterima, tidak ada keluhan yang diungkapkan dan tidak ada tebusan harta yang diterima." Dia membuat Harun Ar-Rasyid menangis sampai suaranya terdengar keras. Maka Yahya bin Khalid berkata kepadanya, "Wahai Ibnus Sammak! Engkau telah menyakiti Amirul Mukminin pada malam ini." Kemudian dia bangkit dan meninggalkan orang-orang di sekelilingnya dalam keadaan menangis.

Bersabarlah, raihlah surga-Nya

Jika Anda fakir, maka Allah SWT akan menggantinya dengan memasukkanmu ke dalam surga lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya. Nabi SAW bersabda,

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِنِصْفِ يَوْمٍ وَهُوَ خَمْسُ مِائَةِ عَامٍ

Kaum fakir dari kalangan kaum muslimin memasuki surga sebelum orang-orang kaya mereka selama setengah hari, yaitu lima ratus tahun. (HR. At-Tirmidzi)

Jika Anda hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan dan ujian, maka Allah SWT akan menjadikanmu lupa terhadap segalanya ketika pertama kali melangkahkan kaki di surga. Diriwayatkan Muslim bahwa Nabi SAW bersabda, "Didatangkan manusia paling sengsara di dunia dari kalangan penduduk surga, kemudian dicelupkan sekali celup ke dalam surga, maka dikatakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah engkau melihat kesengsaraan sedikit pun? Apakah kepedihan melewatimu sedikit pun?' Dia pun menjawab, 'Tidak, demi Allah ya Rabb! Kesengsaraan tidak pernah melewatiku sedikit pun dan saya tidak melihat kepedihan sedikit pun'." (HR. Muslim)

Tersenyumlah pada kehidupanmu

Alangkah indahnya senyuman ketika keluar dari hati sehingga menyinari wajah dan menjadikannya seperti matahari di pertengahan siang. Sesungguhnya senyuman adalah balsem kegelisahan dan kesedihan. Senyuman adalah kebaikan-kebaikan yang diletakkan di timbangan seorang hamba tanpa kekurangan.

Nabi Saw juga tersenyum, bahkan kadang-kadang tertawa sehingga terlihat jelas gigi-gigi taringnya. Abu Darda' RA berkata, "Sesungguhnya saya tertawa sampai hatiku merasa terhibur."

Nabi Saw bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

"Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekahmu." (HR. At-Tirmidzi)

Senyuman itu akan memberikan manfaat kepada pelakunya sebelum dinikmati orang lain. Senyuman akan mencerahkan wajah, melancarkan aliran darah dan memperlihatkan ketajaman kedua matanya. Senyuman itu menjadi latihan untuk otot-otot wajah.

Sesungguhnya senyuman itu mengalir di dalam jiwa sehingga menyebarkan ketenangan, kebahagiaan dan kegembiraan. Senyuman mampu menghilangkan kedengkian, memberantas permusuhan dan kebencian, bahkan kedudukannya seperti hadiah yang diberikan oleh orang yang tersenyum kepada orang lain. Oleh karena itu, wahai saudaraku, janganlah Anda menghalangi diri sendiri dari keutamaan senyum sehingga Anda akan bahagia dan membahagiakan orang lain.

Kita mengetahui bahwa Islam itu adalah agama pertengahan dan moderat dalam segala sesuatu, maka janganlah seorang muslim menampilkan kehidupan yang muram dan menakutkan. Jangan pula selalu tertawa tanpa henti. Akan tetapi, dirinya harus berada di pertengahan di antara ini dan itu, tanpa berlebih-lebihan dan ekstrem.

Ahmad Amin berkata dalam Faidh Al-Khâthir, "Orang-orang yang tersenyum menghadapi kehidupan tidak hanya menjadi manusia paling bahagia bagi dirinya sendiri. Akan tetapi, mereka juga lebih mampu untuk bekerja, lebih kuat memikul tanggung jawab, lebih tegar menghadapi berbagai musibah dan mengatasi berbagai kesulitan, serta lebih mampu melaksanakan perkara-perkara besar yang memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain."

Tak ada alasan untuk selalu tenggelam dalam kesedihan, dan meratapi kehidupan. Tersenyumlah! Wallahu A'lam. (ulhaq/ buka: www.pakmodin.co.cc)